KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat
Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul “Hakikat Ibadah”. Penulisan makalah ini merupakan
salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Studi Islam di Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa
masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat
akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak
sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang
telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini.
Purwokerto, 15 September 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................
A. Latar
Belakang................................................................................ 4
B.
Rumusan Masalah............................................................................ 4
C. Tujuan
Penulisan.............................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................
A.
Hakikat ibadah................................................................................ 5
B. Ibadah
mahdhah.............................................................................. 7
C. Ibadah
Ghairu mahdhah.................................................................. 10
D. Fungsi
ibadah.................................................................................. 14
E. Hikmah
Ibadah................................................................................ 16
E. Makna
spiritual ibadah bagi kehidupan sosial.................................. 18
BAB III PENUTUP.......................................................................................
Kesimpulan........................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Dari
zaman dahulu telah kita ketahui kewajiban kita sebagai hamba Allah yang lemah
adalah beribadah. Setiap ibadah sebagaimana yang diperintahkan Allah mengandung
maksud tersendiri dan di dalam pelaksanaannya terdapat hikmah. Segala bentuk
dan jenis ibadah yang di syari’atkan Allah kepada manusia di janjikan pahala
dunia dan akhirat, juga mengandung hikmah yang luar biasa bagi siapa saja yang
menaatinya. Dalam makalah ini akan di paparkan apa hakikat ibadah, apa itu
ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah, fungsi ibadah, serta hikmah dari ibadah.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa hakikat ibadah ?
2. Apa pengertian ibadah mahdhah
3. Apa pengertian ibadah ghairu
mahdhah
4. Perbedaan antara ibadah
mahdhah dan ghairu mahdhah
5. Apakah fungsi dari ibadah bagi
manusia
6. Apa saja hikmah dari ibadah
bagi manusia
7. Aapa makna spiritual ibadah
bagi kehidupan sosial manusia
C.
Tujuan Penulisan
1. Kita dapat mengetahui apa
hakikat ibadah
2. Kita dapat mengetahui apa itu
ibadah mahdhah
3. Kita dapat mengetahui apa itu
ibadah ghairu mahdhah
4. Kita dapat mengetahui
perbedaan ibadah mahdhah dan ghairu mahdah
5. Kita dapat mengetahui fungsi dari ibadah
6. Kita dapat mengetahui hikmah
dari ibadah
7. Kita dapat mengetahui makna
spiritual ibadah bagi kehidupan sosial
BAB II
PEMBAHASAN
1.
KONSEP
IBADAH
Berikut
ini adalah pengertian ibadah :
Ibadah
secara garis besar ada dua arti :
a. Ibadah
dalam arti khusus (mudhloh) yaitu tata aturan ilahi yang secara langsung
mengatur hubungan antara seorang hamba dengan Tuhannya yang cara, tata cara dan
upacara (ritual) telah ditentukan secara terperinci dalam Al Qur’an dan As
Sunnah yang biasanya berkisar pada masalah Thoharoh, Sholat, Zakat, Puasa,
Haji.
b. Ibadah
dalam arti luas yaitu segala gerak gerik, tingkah laku serta perbuatan yang
mempunyai 3 tanda :
1. Niat
yang ikhlas sebagai titik tolaknya
2. Keridhoan
Allah sebagai titik tujuannya
3. Amal
sholeh sebagai garis amanah
Ibadah adalah kebaktian yang hanya
ditunjukkan kepada Allah, mengambil petunjuk hanya darinya saj tentang segala
persoalan hidup dan akhirat dan kemudian mengadakan hubungan yang terus menerus
dengan Allah tentang semua itu.
Sesungguhnya sholat, puasa, zakat, haji
dan seluruh amal ibadah lainnya pada dasarnya hanyalah merupakan pintu pintu
ibadah atau stasiun tempat orang berhenti untuk menambah bensin jika di
ibaratkan. Namun jalan itu, sendiri seluruhnya merupakan ibadah, termasuk sema
ritus ritus dan gerak gerik serta semua pikiran, perasaan, semua adalah ibadah
tujuannya Allah.
Jadi kesimpulannya, ibadah merupakan
seluruh aspek kehidupan. Tidak terbatas pada saat saat singkay yang di isi
dengan cara cara tertentu. Suatu ibadah mempunyai nilai yaitu jalan hidup dan
seluruh aspek kehidupa dan merupakan tingkah laku, tindak tanduk, pikiran dan
perasaan semata mata untuk Allah, yang di bangun dengan suatu sistem yang
jelas, yang di dalamnya terlihat segalanya yang pantas dan tidak pantas.
Sebagaimana dalam firmannya :
“Katakanlah, Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah Tuhan semesta alam.” QS. Al An’am : 162
Pekerjaan yang kita anggap sebagai
kesibukan duniawi, sesungguhnya merupakan ibadah kepada Allah asalkan dalam
mengerjakannya kita menjaga diri pada batas batas yang telah di tentukan
Allah dan RasulNya. Bila setelah
menjalankan semua ibadah ini seumur hidup kita menjadi pencerminan ibadah
kepada Allah maka tidak ragu lagi shalat kita adalah shalat yang benar, puasa
kita adalah puasa yang benar, haji kita adalah haji yang benar.
Berikut
ini adalah hakikat ibadah :
a.
Sebagai tujuan diciptakannya manusia,
sebagaimana firman Allah SWT : “Dan tidak Aku ciptakan jin an manusia melainkan
agr mereka menyembah Ku”
(QS. Az Zariyat: 56)
b.
Sebagai fitrah manusia, sebagaimana
firman Allah SWT : “Dan ingatlah ketika
Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak anak Adalm dari
selbi mereka, dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman,) “ Bukankah Aku ini Tuhamu ?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan
kami), kami menjadi saksi. “(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang orang
yang lengah terhadap ini (Keesaan Tuhannya). QS. Al A’raf : 72
c.
Hakikat ibadah adalah menyembah yang
sama dengan mencintai. Sebagaimana firman Allah SWT : “Dan di antara manusia
ada orang orang yang menyembah tandingan tandingan selain Allah; mereka
mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang orang yang beriman
sangat cinta kepada Allah dan jika seandainya orang orang yang berbuat zalim
itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari Kiamat) bahwa kekuatan
itu kepunyaan Allah semuanya dan bahw Allah amat berat siksaanNya (niscaya
mereka akan menyesal).” QS. Al Baqarah: 165
Artinya : jika kita sama atau lebih mengabdi atau
mencintai selain Allah maka akan menjadi dosa paling besar yang sulit diampuni
kecuali dengan taubat nasuha sebagaimana hadist dari Ibnu Mas’ud. “Aku
bertanya, Wahai Rasullulah, dosa apakah yang paling besar ?“ Rasulullah SAW
menjawab, “Bila kamu menjadikan tandingan bagi Allah padahal Dialah yang
menciptakan kamu”. HR. Bukhari dan Muslim.
2.
IBADAH
MAHDHAH
Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis,
dengan bentuk dan sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya. Salah satunya
adalah ibadah mahdhah. Ibadah mahdhah adalah ibadah yang dari segi perkataan,
perbuatan telah didesign oleh Alloh SWT kemudian diperintahkan kepada
Rasulullah untuk mengerjakannya. Seperti sholat fardu 5 kali, ibadah puasa
ramadhan dan haji. Semuanya adalah bentuk paket dari Allah turun kepada
Rasulullah kemudian wajib ditirukan oleh umatnya tanpa boleh menambah
atau memperbaharui sedikitpun.Ibadah mahdhah atau ibadah khusus ialah ibadah
yang apa saja yang telah ditetapkan Allah akan tingkat, tata cara dan
perincian-perinciannya. Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip:
a. Ibadah mahdhah
keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik
dari al-Quran maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh
ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya. Haram kita melakukan ibadah ini
selama tidak ada perintah.
b. Tatacara ibadah mahdhah
harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan diutus
rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh:
وماارسلنا من
رسول الا ليطاع باذن الله … النسآء 64
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah…(QS. 4: 64).
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah…(QS. 4: 64).
وما آتاكم الرسول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا…الحشر 7
Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa yang dilarang, maka tinggalkanlah…( QS. 59: 7).
Shalat dan
haji adalah ibadah mahdhah maka tatacaranya harus sama seperti yang Nabi
lakukan, Nabi bersabda:
صلوا كما
رايتمونى اصلى .رواه البخاري . خذوا عنى مناسككم .
Shalatlah kamu seperti kamu melihat aku shalat. Ambillah dari padaku tatacara haji kamu
Shalatlah kamu seperti kamu melihat aku shalat. Ambillah dari padaku tatacara haji kamu
Jika
melakukan ibadah bentuk ini tanpa dalil perintah atau tidak sesuai dengan
praktek Rasul saw., maka dikategorikan “Muhdatsatul umur” perkara meng-ada-ada,
yang populer disebut bid’ah:
c. Ibadah mahdhah bersifat
supra rasional (di atas jangkauan akal) ,artinya ibadah bentuk
ini bukan ukuran logika karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu. Akal
hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah tasyri’.
Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan
ditentukan oleh mengerti atau tidak melainkan ditentukan apakah sesuai dengan
ketentuan syari’at atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan
rukun yang ketat.
d. Azas ibadah mahdhah adalah
“taat”. Yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini
adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang
diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan
hamba bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus Rasul adalah untuk
dipatuhi.
Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah :
1. Wudhu
2. Tayammum
3. Mandi hadats
4. Adzan
5. Iqamat
6. Shalat
7. Membaca al-Quran
8. I’tikaf
9. Shiyam ( Puasa )
10. Haji
11. Umrah
12. Tajhiz al- Janazah
Sebagai
muslim memulai wudu dengan melafalkan niat adalah bid’ah karena telah menambah
perkara ibadah dengan perbuatan yang tidak ada dalilnya dalam Al-Quran maupun
sunnah Nabi.
Nabi tidak
pernah satu kalipun mengajarkan untuk melafalkan niat sewaktu wudu. Beliau
bersabda : “Barang siapa yang melakukan suatu perbuatan yang tidak kami
perintahkan maka ia ditolak”. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa
melafalkan niat adalah bid’ah. (Wahid, Bali. 2006. 474 IBADAH SALAH KAPRAH. Jakarta. Amzah)
3.
IBADAH
GHAIRU MAHDHAH
Ibadah Ghairu Mahdhah adalah seluruh perilaku seorang hamba yang
diorientasikan untuk meraih ridha Allah (ibadah).
Dalam hadis Jarir ibn `Abdullah disebutkan
bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa merintis jalan
yang baik dalam Islam (man sanna fîl Islâm sunnatan hasanah), maka ia
memperoleh pahalanya dan pahala orang-orang yang melakukannya sesudahnya, tanpa
berkurang sedikit pun pahala mereka; dan barangsiapa merintis jalan yang buruk
dalam Islam (man sanna fîl Islâm sunnatan sayyi-ah), maka dia menanggung
dosanya dan dosa orang-orang yang melakukannya sesudahnya, tanpa berkurang
sedikit pun dosa mereka.”
(Lihat antara lain: Shahih
Muslim, II: 705, Hadis senada diriwayatkan oleh 5 imam antara lain, Nasa’i,
Ahmad, Turmudi, Abu Dawud dan Darimi).
Atau dengan kata lain definisi dari Ibadah Ghairu
Mahdhah atau umum ialah segala amalan yang diizinkan Allah.
a. Prinsip-prinsip
dalam ibadah
Prinsip-prinsip
ibadah ini ada 4:
1) Keberadaannya
didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan Rasul-Nya
tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diselenggarakan. Selama tidak
diharamkan oleh Allah, maka boleh melakukan ibadah ini.
2) Tatalaksananya
tidak perlu berpola kepada contoh Rasulullah s.a.w., Karenanya dalam ibadah
bentuk ini tidak dikenal istilah “bid’ah” , atau jika ada yang menyebutnya,
segala hal yang tidak dikerjakan rasul bid’ah, maka bid’ahnya disebut bid’ah hasanah, sedangkan
dalam ibadah mahdhah disebut bid’ah dhalalah.
3) Bersifat
rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau
madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut
logika sehat, buruk, merugikan, dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.
4) Azasnya
“Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.
Maka segala
bentuk kegiatan baik yang ditujukan untuk meraih ridha Allah masuk ke dalam
ranah ibadah ghairu Mahdhah.
b. Ibadah
yang tergolong dalam Ghairu Mahdhah
1) Sedekah
Keutamaan sedekah :
Dari ka’ab bin ‘Ujrah
berkata, nabi bersabda : “Shadaqah memadamkan kesalahan sebagaimana sebogkah es
mencair diatas batu karang “ (HR, Ibnu Hibban).
Kandungan hadis :
Bahwa shodaqoh itu akan menyucikan jiwa dan membersihkannya dari setiap dosa /
kesalahan.
2) Tolong
Menolong
Keutamaan tolong
menolong :
Pertolonganmu terhadap
orang lemah adalah sodaqoh yang paling afdol. (HR. Ibnu Abi Ad-Dunia dan
Asysyihaab)
Allah selalu menolong
orang selama orang itu selalu menolong saudaranya (semuslim). (HR. Ahmad)
Seorang menjadi kuat
karena banyak kawannya. (HR. Ibnu Abi Ad-Dunia dan Asysyihaab
Kandungan hadis :
tolong menolong termasuk sedekah, dan Allah selalu menolong manusia yang mau
menolong sesamanya
3) Dakwah
Keutamaan dakwah kepada
Allah ;
Dari Abu Hurairah sesungguhnya
Rasulullah bersabda: “barangsiapa yang berdakwah kepada petunjuk maka akan
mendapat pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka
sedikitpun”.(HR Muslim : 6804).
Kandungan hadis ;
bagi orang yang berdakwah sesuai degan petunjuk, artinya sesuai degan ajaran
islam secara benar, maka orang itu akan mendapatkan pahala dan tidak akan
dikurangi pahalanya sedikitpun.
4) Belajar
Keutamaan mencari ilmu
/ belajar :
Rasulullah bersabda :
“ barangsiapa yang kedatangan ajal sedang ia masih menuntut ilmu maka ia
akan bertemu degan Allah dimana tidak ada jarak antara para nabi kecuali satu
derajat kenabian (HR. Tabarani).
Kandungan hadis
; Mencari ilmu adalah amal yang mulia dan terpuji khususnya ilmu agama
islam, sebab dengan menekuni ilmu agama berarti telah merintis jalan untuk
mencari ridho Allah, dengan ilmu ia dapat menghindari larangan-larangan Allah
dan menjalankan perintah Allah, karena itulah para malaikat selalu melindungi
orang yang sedang menuntut ilmu dan kelak dihari akhir mereka akan mendapat
kemuliaan yang hanya terpaut satu derajat degan nabi.
5) Dzikir
Keutamaan berdzikir ;
Dari Abu Hurairah dan
Abu sa’id Al Kudri dari Nabi bersabda :” Tidaklah suatu kaum duduk
berdzikir kepada Allah kecuali mereka akan dinaungi malaikat, diliputi rahmat,
diliputi sakinah, dan Allah menyebut nama-nama mereka dihadapan makhluk-makhluk
lain di sisinya”.
Kandungan hadis :
jika dalam suatu kaum berdzikir maka dia akan selalu dibawah naungan malaikat,
dan selalu diliputi rahmat dari Allah dalam hidupnya, dan selalu didekati
ketenangan dalam hidupnya.
6) Menyingkirkan
gangguan dijalan
Dari Abu Hurairah, Nabi
bersabda : “ ketika seseorang berjalan disuatu jalan, dan dia mendapatkan
ranting yang berduri kemudian ia mengambilnya maka Allah bertrimakasih padanya
dan mengampuninya”. (HR. Mutafaqun ‘alaihi: 652,4940).
Kandungan hadis :
menyingkirkan ranting, bisa diartikan degan segala sesuatu yang dapat
mengganggu perjalanan manusia lainnya, hendaklah ketika
kita melewatinya mau menyingkirkanya, maka kita akan mendapat pahala
dan ampunan dari Allah SWT.
7) Bekerja
Dalam Hadis Qudsi yang
berbunyi : “Allah berfirman kepada malaikat ynag diserahi tugas mengurus
rezeki-rezeki anak Adam : “siapapun hambaKu yang kamu dapati dia menuju
cita-cita yang satu (bertaqwa menuju ridho Illahi). Maka jaminlah oleh kamu
rezekinya dari langit dan bumi dan siapapun hambaKu yang kamu dapati mencari
rezekinya itu dengan adil, maka murnikanlah dan mudahkanlah rezeki itu baginya
, dan jika dia melanggar ketentuan yang demikian degan cara lain biarkanlah ia
berbuat sekehendak hatinya kemudian ia pasti tidak akan dapat mencapai derajat
diatas dari apa yang telah Aku tentukan baginya (diriwayatkan oleh Abu Nua’im
dari Abu hurairah).
Kandungan hadis : Allah
menganjurkan manusia untuk bekerja degan cara yang baik dan adil (halal), maka
Allah akan memudahkan rezekinya melalui malaikat yang bertugas mengurusi
rezeki-rezeki manusia, dan apabila ia bekerja dengan cara tidak baik, maka
Allah tidak akan memberikan derajat yang baik kepadanya.
4.
FUNGSI
IBADAH
Ada
tiga aspek fungsi ibadah dalam Islam:
a. Mewujudkan
hubungan antara hamba dengan Tuhannya.
Mewujudkan
hubungan antara manusia dengan Tuhannya dapat dilakukan melalui
“muqorobah” dan “khudlu”. Orang yang beriman dirinya akan selalu merasa
diawasi oleh Allah. Ia akan selalu berupaya menyesuaikan segala
perilakunya dengan ketentuan Allah SWT. Dengan sikap itu seseorang muslim
tidak akan melupakan kewajibannya untuk beribadah, bertaubat, serta
menyandarkan segala kebutuhannya pada pertolongan Allah SWT. Demikianlah
ikrar seorang muslim seperti tertera dalam Al- Qur’an surat Al-Fatihah ayat 5
“Hanya Engkaulah yang
Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.”Atas
landasan itulah manusia akan terbebas dari penghambaanterhadap manusia,
harta benda dan hawa nafsu.
b. Mendidik
mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya
Dengan
sikap ini, setiap manusia tidak akan lupa bahwa dia adalah anggota
masyarakat yang mempunyai hak dan Kewajiban untuk menerima dan memberi
nasihat. Oleh karena itu, banyak ayat Al-Qur'an ketika berbicara tentang
fungsi ibadah menyebutkan juga dampaknya terhadap kehidupan pribadi dan
masyarakat. Contohnya: Ketika Al Qur'an berbicara tentang sholat, ia
menjelaskan fungsinya:
“Bacalah apa yang telah
diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan
mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa
yang kamu kerjakan.”
Dalam ayat ini
Al-Qur'an menjelaskan bahwa fungsi sholat adalah mencegah dari perbuatan
keji dan mungkar.Perbuatan keji dan mungkar adalah suatu perbuatan
merugikan diri sendiri dan orang lain. Maka dengan sholat diharapakan
manusia dapat mencegah dirinya dari perbuatan yang merugikan tersebut.
Ketika Al-Qur'an berbicara tentang zakat, Al-Qur'an juga menjelaskan
fungsinya:
“Ambillah zakat dari
sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka dan Mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui.”Dan masih banyak ibadah-ibadah lain yang tujuannya tidak hanya baik
bagi diri pelakunya tetapi juga membawa dapak sosial yang baik bagi
masyarakatnya. Karena itu Allah tidak akan menerima semua bentuk ibadah,
kecuali ibadah tersebut membawa kebaikan bagi dirinya dan orang lain.
Dalam hal ini Nabi SAW bersabda :
“Barangsiapa yang
sholatnya tidak mencegah dirinya dari perbuatan keji dan munkar, maka dia
hanya akan bertambah jauh dari Allah” (HR. Thabrani)
c. Melatih
diri untuk berdisiplin
Adalah
suatu kenyataan bahwa segala bentuk ibadah menuntut kita untuk
berdisiplin. Kenyataan itu dapat dilihat dengajn jelas dalam pelaksanaan
sholat, mulai dari wudhu, ketentuan waktunya, berdiri, ruku, sujud dan
aturan-aturan lainnya, mengajarkan kita untuk berdisiplin. Apabila kita
menganiaya sesama muslim, menyakiti manusia baik dengan perkataan maupun
perbuatan, tidak mau membantu kesulitan sesama manusia, menumpuk harta
dan tidak menyalurkannya kepada yang berhak. Tidak mau melakukan “amar ma'ruf
nahi munkar”, maka ibadahnya tidak bermanfaat dan tidak bisa menyelamatkannya
dari siksa Allah SWT.
5.
HIKMAH
IBADAH
a. Tidak
syirik. Seorang hamba yang sudah berketetapan hati untuk senantiasa beribadah
menyembah kepada Nya, maka ia harus meninggalkan segala bentuk syirik. Ia telah
mengetahui segala sifat-sifat yang dimiliki Nya adalah lebih bedar dari segala
yang ada, sehingga tidak ada wujud lain yang dapat mengungguli-Nya.
b. Memiliki
ketakwaan. Ketakwaan yang di landasi cinta timbul karena ibadah yang di lakukan
manusia setelah merasakan kemurahan dan keindahan Nya munculah dorongan untuk
beribadah kepada Nya. Sedangkan ketakwaan yang dilandasi rasa takut timbul
karena manusia menjalankan ibadah dianggap sebagai suatu kewajiban bukan
sebagai kebutuhan. Ketika manusia menjalankan ibadah sebagai suatu kewajiban
ada kalanya muncul ketidak ikhlasan, terpaksa dan ketakutan akan balasan dari
pelanggaran karena tidak menajalankan kewajiban.
c. Terhindar
dari kemaksiatan. Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat sehingga dapat
menjadi tameng dari pengaruh kemaksiatan, tetapi keadaan ini hanya bisa
dikuasai jika ibadah yang di lakukan berkualitas. Ibadah ibarat sebuah baju
yang harus selalu dipakai dimanapun manusia berada.
d. Berjiwa
sosial, artinya ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan keadaan
lingkungan sekitarnya, karena dia mendapat pengalaman langsung dari ibadah yang
dikerjakannya. Sebagaimana ketika melalukan ibadah puasa, ia merasakan rasanya
lapar yang biasa dirasakan oleh orang-orang yang kekurangan. Sehingga mendorong
hamba tersebut lebih memperhatikan orang lain.
e. Tidak
kikir, harta yang dimiliki manusia pada dasarnya bukan miliknya tetapi milik
Allah SWT yang seharusnya diperuntukan untuk kemslahatan umat. Tetapi karena
kecintaan manusia yang begitu besar terhadap keduniawian menjadikan dia lupa
dan kikir akan hartanya. Berbeda dengan hamba yang mencintai Allah SWT,
senantiasa dawam menafkahihartanya di jalan Allah SWT. Ia menyadari bahwa
miliknya adalah bukan haknya tetapi ia
hanya memanfaatkan untuk keperluannya semata-mata sebagai bekal di
akhirat yang di wujudkan dalan bentuk pengorbanan harta untuk keperluan umat.
6.
MAKNA
SPIRITUAL IBADAH BAGI KEHIDUPAN SOSIAL
Pengertian
ibadah dalam kehidupan masyarakat ialah pengabdian kepada Allah dalam bentuk
shalat, puasa, zakat, haji dzikir dan membaca Al-Quran. Ini karena kehidupan
tidak hanya untuk berurusan dengan hal-hal tersebut melainkan untuk hal-hal
yang menyeluruh, mencakup seluruh aspek yang dibutuhkan manusia seperti
berdagang, bertani dan bekerja, mencari ilmu dan sebagainya guna mempertahankan
dan mengembangkan kehidupan itu sendiri. Maknanya manusia harus menerapkan apa
yang telah disebutkan dalam Al-Quran dan Hadist ke dalam kehidupan sosial.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan dari makalah ini adalah
bagaimana kita sebagai makhluk yang lemah harus mentaati peraturan beribadah
kepada Sang Maha Kuasa. Berbagai macam aturan telah ditetapkan dalam Al-Quran
dan Hadist. Sebagai manusia kita tidak bisa mengetahui semua asal-usul
peraturan ibadah tersebut. Ada peraturan yang bisa dijangkau akal manusia dan
ada pula yang tidak bisa di jangkau akal manusia. Sebagai makhluk kecil di muka
bumi sudah seharusnya manusia taat kepada semua aturan beribadah karena ibadah
adalah kewajiban bagi manusia. Beribadah memberikan manfaat yang sangat besar
bagi mausia meskipun terkadang tidak langsung bisa di rasakan di muka bumi.
DAFTAR PUSTAKA
Wahid, Bali. 2006. 474 IBADAH SALAH KAPRAH. Jakarta. Amzah
terima kasih ,sangat membantu sekali
BalasHapus